Selamat Datang di Website Karate-Do Funakoshi Cabang Gempol

Pendiri Karate-Do Funakoshi

Karier

Karate Shotokan

Pada tahun 1939, Funakoshi mendirikan dojo Shōtōkan yang pertama di Tokyo. Ia juga mengubah sebutan untuk seni beladiri yang diajarkannya, dari tōte (唐手?) yang terdiri dari dua aksara kanji: (, kara; Dinasti Tang atau Cina) dan (te, tangan) menjadi karate (空手?, tangan kosong). Keduanya ditulis dengan aksara kanji yang berbeda, walaupun sebetulnya 唐手 dapat dibaca secara kun'yomi sebagai karate. Funakoshi percaya bahwa istilah baru yang diciptakannya tidak akan menimbulkan kesalahpahaman bahwa karate berasal dari seni bela diri Cina.

Peninggalan

Funakoshi menerbitkan sejumlah buku mengenai karate, termasuk autobiografi Karate-Do: My Way of Life. Peninggalan terpentingnya berupa sebuah dokumen yang berisi filsafat latihan karate yang sekarang disebut niju kun atau "20 Prinsip Karate". Prinsip-prinsip tersebut merupakan dasar pemikiran bagi semua murid Shotokan, dan diterbitkannya dalam buku berjudul The Twenty Guiding Principles of Karate.[5] Di dalam buku ini , Funakoshi menerangkan 20 prinsip yang harus dipatuhi murid karate agar dapat "menjadi manusia yang lebih baik".[3] Karate-Do Kyohan "The Master Text" karya Funakoshi hingga kini tetap merupakan buku yang paling lengkap, berisi penjelasan tentang sejarah, dasar-dasar, kata, dan kumite.

Monumen peringatan

Sensei karate-do Funakoshi Gichin dilahirkan di Shuri Okinawa pada 10 Juni 1870. Sejak sekitar usia sebelas tahun, ia mulai belajar tō-te jutsu dari Azato Anko dan Itosu Anko. Ia berlatih dengan rajin dan pada tahun 1912 diangkat sebagai ketua Shobukai Okinawa. Pada Mei 1922, ia pindah ke Tokyo dan menjadi sensei profesional karate-do. Ia mengabdikan seluruh hidupnya bagi pengembangan karate-do. Ia hidup hingga usia delapan puluh delapan tahun, dan meninggalkan dunia ini pada 26 April 1957. Sambil melakukan reinterpretasi to-te jutsu, Sensei menyebarluaskan karate-do tanpa menghilangkan filsafat aslinya. Seperti halnya bugei (seni bela diri klasik), puncak dari "mu" (pencerahan) adalah: untuk memurnikan dan membuat seorang menjadi kosong melalui transformasi dari jutsu ke do. Melalui kata-kata terkenalnya, "Karate ni sente nashi" ("Tidak ada serangan pertama dalam karate") dan "Karate wa kunshi no bugei" ("Karate adalah seni bela diri orang bijaksana), Sensei membantu kami untuk mengerti makna jutsu secara lebuh baik lagi. Kami, para murid setia, dengan maksud memperingati jasa dan kontribusinya sebagai perintis karate-do modern, membentuk Shotokai dan mendirikan monumen ini di Enkakuji. "Kenzen ichi" ("Kepalan dan Zen adalah satu").